Ya, dibalasan pertama email dari Professor dari Korea Selatan ini langsung menawarkan akan memberikan beasiswa. Tidak ada wawancara sebelumnya, aku hanya melampirkan CV dan research plan (yang kata teman aku sangat biasa) saat mengirim email dan beliau langsung bersedia memberikan beasiswa padaku.
Masya Allah, Alhmdulillah.
Bagai mimpi yang menjadi kenyatan. Tepat dimalam sebelumnya, aku sempat berbincang di whatsapp grup bestie2ku. Mereka tau aku tidak jadi mendaftar untuk studi ke Jepang dan mereka juga tau getolnya aku mengejar beasiswa ke luar negeri. Malam itu kami sempat membahas oppa-oppa Korea sambil cekikikan dan Maha Besar Allah pagi harinya seorang Professor dari Korea membalas emailku.
Saking senangnya setelah membaca email tersebut aku langsung berlari dan mencari mama aku. Karena kondisi Covid-19 saya termaksud pegawai yang WFH.
Ya, WFH. Semasa Covid-19 kantor pindah ke rumah, bukannya kerjaan makin sedikit dan lebih santai, malahan terasa semakin bejibun kerena hampir semua hal harus diubah menjadi sistem digital. Masih lekat di memori otot-ototku yang harus bergelut di depan leptop hingga hari berganti.
"Ma. Aku ditawari beasiswa dari Professor di Korea Selatan" sambil melompat dan memeluk mamaku yang berjalan menghampiriku karena teriaku kegirangan.
"Alahmdulillah. Tapi jauhnya itu nak"
Aku berjalan kembali menuju kamarku, mamaku ikut di belakangku dan duduk di tempat tidurku sembari melihatku membalas email calon Professorku.
"Sekolah lagi itu nak, kapan mau nikah? ada temanmu yang kamu kenal disana itu ana?" lanjut mamaku antara senang dan sedih. Beliau tau citaku namun khawatir akan cintaku, sebagai seorang wanita dengan umur yang sudah matang akankah aku ke pelaminan dengan jenjang pendidikanku.
Aku yakin dengan ketetapan Allah, jenjang pendidikan tidak akan menghalangiku untuk bertemu pasangan hidup jika takdir itu tertulis di lauhul mahfudz.
Setelah membalas email dari calon Professorku aku kembali memeluk mamaku yang masih duduk di tempat tidurku
"In syaa Allah nanti nikah Ma. Lumayan banyak mahasiswa Indonesia di Korea. Tenang, anak mama yang cuantik ini tidak hilang" aku jawab pertanyaan Mamaku sambil bersandar di pundakanya dan mencoba menenangkan hati mama.
Aku masih berharap mendapatkan BUDI-LN. Jika saya tidak salah ditahun awal BUDI-LN launching masih memberikan beasiswa pada mahasiswa yang melanjutkan pendidikan di luar negeri dari univeritas manapun asalkan memiliki Letter of Acceptance (LoA), untuk memastikan ingatanku aku menghubungi LPDP Customer Service via email yang tertera di website http://lpdp.kemenkeu.go.id untuk mengkonfirmasi hal ini, namun pada tahun ini beasiswa hanya diberikan pada mahasiwa yang mendapat LoA dari Univeritas yang masuk dalam list universitas BUDI-LN dan Universitas Professsor yang mau menerimaku tidak masuk dalam list BUDI-LN.
Esok harinya aku kembali mengemail Professorku dan menyampaikan bahwa Jeju National University tidak masuk dalam list BUDI-LN sehingga aku tidak bisa mengajukan beasiswa dari pemrintah Indonesia. Sehingga saya akan menerima beasiswa dari beliau. Akupun juga menanyakan proses apa yang harus aku lakukan agar bisa melankutkan study disana dan Professorku mengirimiku website pendaftaran mahasiswa jenjang graduate yang kebenaran saat itu masih buka hingga awal bulan Desember 2020.
Mulailah dilema aku rasakan. Karena beasiswa professor yang aku terima berupa beasiswa partial funded tidak menangggung biaya keberangkatan, tuition fee, dan asuransi kesehatan. Selain itu aku juga harus memperhitungkan biaya asrama dan karena kondisi covid maka akupun harus membayar biaya karantina juga, maka hal ini harus aku bicarakan dengan kedua oarng tuaku, karena setelah menghitung biaya yang dibutuhkan untuk awal semester biayanya cukup besar.
Aku dan keluargaku cukup sering mengobrol berbagai hal saat makan malam dan malam itu aku sampaikan pada orang tuaku perihal galauku.
"Pa, ada Professor dari Korea Selatan menawariku beasiswa. Tapi spp harus bayar sendiri, belum yang lain-lain. Tabunganku tidak cukup"
"Kira-kira butuh berapa?" ucap Bapakku sambil melihatku.
Kusebutkan nominal yang cukup besar itu dengan berat dari lisanku.
"Dibayarkan kapan?" sambung Bapakku bertanya sambil menyantap makan malamnya.
"Sekitar bulan Februari tahun depan Pa, setelah pengumuman diterima sebagai mahasiwa"
"Bismillah. Daftar saja dulu, saat ini uangnya belum ada, nanti diusahakan, semoga rezekinya ada" jawaban Bapakku dengan penuh keyakinan membesarkan hatiku.
Kami bukan keluarga yang bergelimang harta. Alhamdulillah selalu Allah cukupkan. Kedua orang tuaku akan jorjoran kalau bersangkutan dengan pendidikan, atas Maha kaya dan kelapangan yang Allah berikan semua kebutuhan kami selalu tercukupi, termaksud biaya awal yang aku butuhkan untuk melanjutkan studi ke Korea Selatan.
Berbagai syarat pendaftaran berupa Ijazah, transkrip, akta lahir, ktp orang tua, semua berkas harus diterjemahkan oleh penerjemah tersumpah dan dilegalisir di notaris. Setelah itu harus mengurus apostille di kedutaan besar Korea Selatan. Aku juga harus menyiapkan recomendation letter, alhamdulillahnya Pembimbing satuku saat studi sebelumnya masih mengingatku dan bersedia menuliskan recomendation letter untukku.
Salah satu berkas pendaftaran yang dibutuhkan adalah bukti kemampuan bahasa Inggris, berupa TOEFL, IELTS, atau TOEIC, dan aku tidak perlu mengumpulkan salah satunya.
Pasti pada nanya kok bisa tidak mengumpulkan?
Pada kasus yang saya alami sebagai mahasiswa dengan jalur beasiswa rekomendasi Professor, pihak panitia seleksi mahasiswa baru di kampus saya menyampaikan bahwa saya tidak perlu mengumpulkan bukti kemampuan bahasa Inggris berhubung Professor saya sudah memberi rekomendasi, jadi syarat ini boleh tidak dikirimkan. Maha besar Allah dengan segala kuasaNya.
Pengurusan berkas-berkas pendaftaran sungguh menguras tabunganku dan tentunya juga tenaga. Semua berkas-berkas harus aku selesaikan sekitar 3 minggu sebelum aku kirim ke Korea Selatan.
Sebelum semua drama terjadi, drama yang membuat pusing adalah proses pendaftaran secara online melalui website www.uwayapply.com. Pada website ini calon mahasiswa harus membuat akun dan membayar biaya pendafataran agar memperoleh beberapa document pendaftaran yang harus disertakan pada saat pengiriman berkas seperti Application Form, Personal introduction and study plan, Financial support, dan beberapa dokumen isian lainnya.
Drama yang terjadi pada saat proses pembayaran yang harus menggunakan kartu kredit. Semua teman-teman yang aku kenal tidak ada yang menggunakan kartu kredit. Saudaraku dan teman-temanku menanyakan kepada teman-teman mereka yang lain barangkali ada yang menggunakan kartu kredit dan alhamdulillah ada sesorang teman dari bestiku Lela, yang saat itu berada di Norwegia yang kebenaran adalah adik kelas kakaku saat S1. Terima kasih buat Asnin, telah membantu aku membayar biaya pendaftaran, yang kita sama-sama bingung karena website yang berbahasa Korea. Alhamdulillah satu rintangan terpecahkan, rintangan selanjutnya tidak kalah dramanya.
Proses pengurusan berkas pendaftaran dan pengurusan visa akan aku ceritaan lebih detail di tulisan yang lain karena kisah ini juga berdarah-darah bagiku.
Penutupan pendaftaran sisa 15 hari lagi, namun berkas harus aku kirimkan lebih awal, mengingat pengiriman berkas ke luar negeri butuh waktu 14 hari.
Hari pengumumanpun tiba. Siang hari itu adik perempuan, mamaku, dan seorang sepupuku yang sudah aku anggap layaknya Kakak kandungku ada di rumahku untuk menunggu pengumumanku.
Jam menunjukan pukul 16.00, aku membuka laptop dan mengetikan website Universitas untuk mengakses link pengumuman. Aku masukan nomor pendftaranku dan ku tekan tombol enter pada laptopku.
"Selamat anda diterima sebagai mahasiswa di Jurusan Teknik Kimia dan Biologi" pengumuman itu tertuliskan dalam bahasa Korea.
"Alahmdulillah. Lulus" sambil ku tatap saudaraku, mamaku dan sepupuku yang saat itu ikut menunggu pengumumanku.
Setelah pengumuman kelulusan drama dan kesibukan lainpun menunggu beberapa hari ke depan.
Alahmdulillah, Maha besar, dan Maha kuasa Allah atas segala petunjuk, kesehatan, dan kemudahan yang Allah limpahkan padaku dan orang-orang terdekatku untuk terus membantuku mewujudkan satu harapan yang masih harus aku perjuangkan hingga lulus studi di negeri gingseng ini.
Terima kasih terbesar pada kedua orang tuaku yang dengan tulus terus mensupportku tanpa batas, semoga Allah merahmati keduanya. Kakaku, adik2ku, kerabatku, dan sahabat-sahabatku yang selalu mendegarkan, membantu, dan memberi masukan atas galau-galauku semoga Allah membalas segala kebaikan kalian, aamiin.
Love you all ☺❤❤❤☺
Komentar
Posting Komentar