Bukan soal kesibukan namun kepedulian

"Thank God you sent this person into my life" Kalimat di atas nampak lebay namun benar adanya bahwa di luar sana ada orang-orang yang bersyukur dengan kehadiran kita dalam hidup mereka. Bukan soal waktu namun soal kepedulian. Tidak sedikit orang yang menyempatkan diri untuk membantu meringankan kesulitan orang lain disela-sela kesibukannya karena mereka peduli dan tidak sedikit pula orang-orang yang memilki waktu luang namun mereka tidak mau membantu orang lain karena pada dasarnya mereka tidak peduli tentang kesulitan orang lain. Ada yang berfikir bahwa bantuan harus dalam bentuk yang terlihat wujudnya, namun ada bantuan dengan sekedar menemani, mendengarkan, memberi semangat, bahkan menepuk atau mengelus pundak. Saya merasakan sulitnya menemukan bahkan menjadi orang yang bisa membantu orang lain tanpa tendensi apapun. Tentunya menjadi orang baik itu proses yang tidak singkat.  Ada yang pernah mengatakan "kondisi apapun share kabar kamu ya" nyatanya saat ngesaherpu

Takdirku Itu Kamu Bukan Dia

                                                                                                                      Foto: Elior Design

Siang itu tidak mendung namun terasa kelabu.

Saat itu Kila melihat sebuah nama yang tampak tidak asing pada sebuah undangan yang terletak di atas meja rekan sekantornya. 

Ya... itu sebuah undangan pernikahan berwarna hijau tosca, namun undangan itu bukan ditujukan untuknya.

Rasa penasaran membuat Kila tak tenang, sambil terus berdoa dalam hati semoga ini bukan orang yang sama dengan yang Kila kenal. Perlahan Kila membuka undangan milik rekannya.

Tertulis jelas nama lengkap mempelai pria di undangan itu sama persis dengan pria yang Kila kenal. Namun batin Kila masih berharap semoga itu bukan dia, dengan cepat matanya tertuju pada nama orang tua mempelai pria untuk memastikan keraguannya dan jawaban yang Kila dapatkan adalah benar pria di undangan ini adalah pria yang sama dengan yang Kila kenal. Pria yang menjajikan melangkah bersama ke plaminan beberapa bulan silam.

                                                         Ilustrasi.(Thinkstock)

Bau khas undangan pernikahan bagai obat bius yang telah menjalar dipembulu, dengan hitungan detik Kila terduduk lemas dan sesak. 

Entah jawaban apa yang Kila harapakan dari puluhan pertanyaan yang timbul tenggelam di kepalanya saat itu.

Tanpa sadar air matanya menetes tanpa aba-aba mengucur membasahi pipi.

Batinnya beradu, kenapa? siapa wanita itu? bagaimana? sejak kapan?

Dengan tangan yang masih bergetar Kila meraih telpon gengamnya. Ia membuka applikasi Whatsapp dan mensearch nama pria itu, Riga.

"Assalamu'alaikum mas Riga" Sambil mencoba menenangkan diri, Kila gundah kalimat apa yang harusnya Ia ketik.

"Selamat semoga acaranya lancar sampai hari-H"

"Sakinah mawadah warahma. Langgeng hingga jannah" entah untaian doa itu dituliskan dengan ikhlas atau sedekar Kila ketik untuk menyapa sebelum pertanyaan utamanya ia ajukan

"Satu pertanyaan sebelum aku akhiri pesan ini. Kenapa mas Riga tidak mengundang aku dipernikahanmu mas?"

Pesannya whatsapp yang Kila kirim sejak pagi masih double centang namun hingga sore double centang belum juga berubah warna menjadi biru.

Sembari menunggu balasannya Riga, Kila mencoba flashback bagaimana ketirnya ia berusaha mendapat restu keluarganya.

Hatinya yang terpaut padan Riga bukan tanpa alasan. Dalam doa-doa panjangnya, selalu Kila selipkan nama Riga, berharap Riga adalah jawaban atas pintanya agar dipertemukan dengan pendamping hidup yang baik menurut Allah, yakinnya makin kuat saat Riga datang ke rumah Kila dan bertemu orang tua Kila.

Dipertemuan itu Riga tidak datang sendiri melainkan bersama kerabatnya dan menyampaikan keinginannya untuk menikah dengan Kila. 

Pada saat itu Kila berfikir bahwa dialah yang Allah takdikan untuknya. Mereka mulai berkomunikasi membahas tentang anggota keluarga satu sama lain, konsep rumah tangga kedepannya seperti apa, akan tinggal dimana setelah menikah dan berbagai hal lainnya.

Pendektan yang mereka lakukan sudah berjalan cukup lama sehingga Kila menanyakan padanya kapan Riga akan mengajak Kila untuk membicarakan tentang pernikahan mereka pada kedua orang tua Riga. 

Masih teringat sangat jelas diingatan Kila jawaban yang Riga utarakan atas pertanyaan Kila.

"Sabar sedikit lagi ya Dik. Ibuku masih belum membuka hati untukmu. bersabar sedikit lagi" balasan whatsapp saat itu sekaligus mengakiri percakapane mereka.

Sebulan, dua bulan, tiga bulan hingga hampir setahun restu ibunya belum juga mereka dapatkan. Hingga keluarga Kila memutuskan untuk mengakhiri niat baik Riga untuk menikah dengan Kila.

Kila terima dengan kesedihan keputusan keluarganya untuk mengakhiri hubungannya dengan Riga.
 
"Maaf Mas, orang tuaku tidak bisa menunggu lebih lama lagi"

"Jika Allah menakdirkan kita berdua bersama maka Allah pasti mudahkan. Walaupun hatiku masih condong ke mas, tapi saat ini harapan terbesar hanya pada Allah agar mempertemukan kita dengan pasangan yang Allah kehendaki". Kalimat panjang ini menjadi akhir keputusan niat baik mereka yang terhalang restu.
 
Berakhirnya kesepakatan itu tidak menjadikan mereka putus komunikasi. Mereka masih berkomunikasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

Ya, mereka bekerja dibidang yang sama namun pada instansi yang berbeda. Komunikasi mereka tidak serutin sebelumnya, namun hari dimana Kila temukan undangan atas namanya sebagai mempelai pria menjadi Kila sadar bahwa mereka telah amat sangat jauh.

"Maafkan aku dik. Aku tidak memiliki keberanian untuk memberi tahumu tentang pernikahanku" 

"Aku harus memenuhi pinta ibuku untuk menikah dengan wanita pilihannya"

"Berat bagiku untuk melepasmu. Namun aku tidak bisa mengabaikan pinta ibuku"

"Sampai dihari aku harus diberikan pilihan antara dirimu dan dia, aku masih memilihmu namun ibuku memilihnya"

"Maafkan atas ketidakberdayaanku. Aku harap engkau bisa mengerti akan keputusanku ini"

Balasan whatsapp beruntun dari Riga baru Kila terima sehari setelah pesan whatsappnya ia kirimkan.

Pesan demi pesan yang dikirim Riga bagai nyayian kesedihan yang menyesakan.

"Apa kurangku hingga ibunya tidak menyukaiku?" Kila membantin. Malam itu terasa lebih panjang dari malam-malam sebelumnya. Matanya tak juga bisa memejam. Sekan tak ingin hari esok kan hadir.

Tiada daya untuk dapat menghentikan waktu ataupun mengubah takdir. Hari pernikahannyapun tiba. Beberpa bulan yang lalu Riga menjalin kisah denganku namun hari itu Riga bersanding dengan yang lain.

Ya. Kila tidak bisa melawan takdir yang tertulis di lauhul mahfudz. Mungkin saat itu Riga cintanya namun bukan takdir sebagai pasangan hidup Kila.

Ridho atas ketetapan Illahi mampu menyembuhkan luka Kila dan saat ini luka itu telah hilang tak berbekas. 

Kesibukan harian di kantor, kegiatan-kegiatan baru, dan lebih banyak waktu yang Kila habiskan berkomunikasi dengan sahabat-sahabatnya membawa energi baru, harapan baru, dan tentunya cinta yang baru.

Doa Kila masih sama seperti bulan-bulan yang lalu. Kila masih terus meminta dipertemukan dengan pendampingan hidup yang baik dan menentrammkan, namun doa-doa yang Kila panjatkan kali ini tentu saja tanpa menyebut namanya Riga lagi.

Malam ini seseorang kerabta Kila datang berkunjung ke rumah orang tua Kila. Sudah cukup lama Kila tidak bertemu dengannya.

"Assalamu'alaikum Tante apa kabar?" Kila mengamhampirinya sembari melepas senyum dan mencium tangannya.

"Waalaikumsalam sayangku. Alhamdulillah ada susuatu yang mau saya sampaikan pada orang tuamu dan padamu" 

Dengan sigap otak cerdas Kila berfikir, nampkanya ini perjodohan. Tanpa pikir panjang Kila duduk dengan nyaman dan sedikit deg-degan disamping ibunya.

"Ada seorang pria yang insya Allah soleh dan baik. Beliau bekerja di kantor pemrintahan di kota ini.  Tante ingin jodohkan dengan kamu nak" sambil menyodorkan foto. 

Ada sedikit ragu di hati Kila, tapi ditepis dan meyakinkan dirinya mungkin inilah yang jawaban Allah atas doa-doanya.

"Boleh tante. Asal orang ini saleh dan sayang dengan keluarga, insya Allah saya siap menjalani perjodohannya, sapa tau jodoh" tawa canda pecah pada di ruang tamu malam itu.

Baru rasanya tiga hari yang lalu tante Kila datang mengajukan perjodohan, hari ini pria itu dan anggota keluarganya telah datang menyampaikan niat baiknya. Percakapan malam itu berlangsung panjang. 

Tepat dua minggu yang lalu tante Kila datang kerumah orang tuanya, malam ini pertunangan Kila dilangsungkan sekaligus menetapkan tanggal penikahan.

                                                                                                Foto: Catholic Match


Siapa yang menyangka berbulan-bulan lalu hati Kila digantung dalam ketidakpastian. 

Serasa mimpi indah yang membawa obat atas luka dimasa lalu.

"Sah" ucap para saksi, disambut riuh para keluarga yang menyaksikan moment ijab kabul pagi ini.


                                         Foto: Orami Photo Stock

45 hari yang lalu pria yang duduk berhadapan dengan wali Kila, pria yang mengenakan baju khas daerah berwarna hijau ini asing bagi Kila, namun saat ini pria itu menggengang tangan wali Kila, mengambil alih tanggung jawab ayah Kila, berdiri di samping Kila, dan menggenggam tangan Kila.

                                                              Foto: ilustrasi/ist

"Bersamamu aku menatap masa depan dengan penuh harapan dan cinta. Terima kasih telah menerima segala kurangku dan melengkapi hidupku". Ucap Kila pada pria asing bernama Zul.

"Hari ini Allah menjawab doaku, ternyata dia yang pernah aku sebut namanya dalam doaku tidak menyebut namaku dalam ijabnya, melainkan dirimu pria asing yang namanya Allah tulis untukku di lauhul mahfudz". Ucap Kila dalam hati sambil menggenggam tangan suaminya.

Takdirku itu kamu bukan diaπŸ˜ŠπŸ’•.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Notasi Imiah, Awalan SI, dan Konversi Satuan

Bukan soal kesibukan namun kepedulian

Belajar memahami