Bukan soal kesibukan namun kepedulian

"Thank God you sent this person into my life" Kalimat di atas nampak lebay namun benar adanya bahwa di luar sana ada orang-orang yang bersyukur dengan kehadiran kita dalam hidup mereka. Bukan soal waktu namun soal kepedulian. Tidak sedikit orang yang menyempatkan diri untuk membantu meringankan kesulitan orang lain disela-sela kesibukannya karena mereka peduli dan tidak sedikit pula orang-orang yang memilki waktu luang namun mereka tidak mau membantu orang lain karena pada dasarnya mereka tidak peduli tentang kesulitan orang lain. Ada yang berfikir bahwa bantuan harus dalam bentuk yang terlihat wujudnya, namun ada bantuan dengan sekedar menemani, mendengarkan, memberi semangat, bahkan menepuk atau mengelus pundak. Saya merasakan sulitnya menemukan bahkan menjadi orang yang bisa membantu orang lain tanpa tendensi apapun. Tentunya menjadi orang baik itu proses yang tidak singkat.  Ada yang pernah mengatakan "kondisi apapun share kabar kamu ya" nyatanya saat ngesaherpu

Butuh pengakuan

                           Sumber: https://charmssingapore.com

Beberapa tahun yang lalu saya bertemu seorang kawan lama. Dia anak yang tergolong cerdas saat kami sekolah dulu dan mereka taunya saya adalah anak yang biasa saja disekolah karena memang saya bukan tipe anak yang ambisius apalagi bureng.

Sekian lama tidak bertemu tentu ada perubahan dalam kehidupan. Di saat pertemuan itu saya telah menyelesaikan pendidikan pascasarjana di sebuah universitas negeri di pulau Jawa sedangkan dia telah menyelesaikan program sarjana.

Siang itu kami diskusi beberapa hal tetang karir, pengalaman, kondisi negara, sistem pendidikan, bahkan kisah masa lalu. 

Entah ada angin apa tetiba dia mengutarakan satu kalimat yang mengejutkan "Walaupun kamu sudah S2 tapi aku lebih cerdas dari kamu"

lah...lah.. kesambet apa dia. Perasaan sejauh kita ngobrol2 tidak ada sekalipun niatan merendahkan dia.

Padahal tanpa dia mengatakan bahwa dia lebih cerdas dari sayapun saya mengakui itu, bahkan hingga saya menulis blog ini saya mengakui itu dan orang lainpun demikian.

Buat apa mencari kekurangan orang lain untuk meninggikan diri sendiri?

Entah berapa banyak luka akan dikecilkan, dipandang rendah, tidak diapresiasi oleh orang lain yang telah dia terima hingga sedikit saja ada peluang untuk membanggakan diri maka dia manfaatkan sebaik mungkin untuk membawa kepuasan bagi dirinya, mungkin demikian.

Apa sebenarnya yang kita inginkan dari penjelasan tentang diri kita ke orang lain? 

Apakah sekedar informasi atau butuh pengakuan dan mencegah penolakan dalam sebuah interaksi sosial atau butuh dipahami?

Sayapun tidak bisa judge bahwa yang mereka lakukan salah, karena setiap tindakan yang dilakukan seseorang adalah manivestasi buah pikir dan sikap dimasa lalu hingga kini yang dipengaruhi berbagai faktor dengan siapa dia berinteraksi, lingkungan, teman bergaul, tontonan, pengalaman masa lalu, dan kondisi keluarga baik dari strata sosial, ekonomi, pola asuh dll.

Tidak perlu membuka terlalu banyak tentang diri kita ke orang lain, sehingga dengan mudah mereka mambaca kita, jika kita bertemu dengan orang bijak, maka mereka tidak akan mengambil manfaat dari kita, namun jika bertemu orang bejat mereka akan memanfaatkan titik lemah dan kekuatan kita untuk keuntungan pribadinya.

Benar adanya perjalanan kehidupan adalah proses pendidikan yang terus berjalan hingga akhir hayat.

Belajar membaca siapa orang yang dapat dipercaya dan setia, belajar tidak mendambakan pujian manusia, belajar berbuat kebaikan bukan karena sesuatu, belajar terus menjadi takwa karena Allah itu tidaklah mudah karena ada saja hal-hal duniawi yang melalaikan hati.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Notasi Imiah, Awalan SI, dan Konversi Satuan

Bukan soal kesibukan namun kepedulian

Belajar memahami