Bukan soal kesibukan namun kepedulian

"Thank God you sent this person into my life" Kalimat di atas nampak lebay namun benar adanya bahwa di luar sana ada orang-orang yang bersyukur dengan kehadiran kita dalam hidup mereka. Bukan soal waktu namun soal kepedulian. Tidak sedikit orang yang menyempatkan diri untuk membantu meringankan kesulitan orang lain disela-sela kesibukannya karena mereka peduli dan tidak sedikit pula orang-orang yang memilki waktu luang namun mereka tidak mau membantu orang lain karena pada dasarnya mereka tidak peduli tentang kesulitan orang lain. Ada yang berfikir bahwa bantuan harus dalam bentuk yang terlihat wujudnya, namun ada bantuan dengan sekedar menemani, mendengarkan, memberi semangat, bahkan menepuk atau mengelus pundak. Saya merasakan sulitnya menemukan bahkan menjadi orang yang bisa membantu orang lain tanpa tendensi apapun. Tentunya menjadi orang baik itu proses yang tidak singkat.  Ada yang pernah mengatakan "kondisi apapun share kabar kamu ya" nyatanya saat ngesaherpu

Belajar memahami



Interaksi sosial adalah interaksi yang unik, dikarenakan kepribadian setiap orang berbeda satu sama lain, yang tentu saja kepribadian ini dipengaruhi berbagai faktor, salah satunya faktor lingkungan.

Saya termaksud orang yang punya kisah pertemanan yang beraneka ragam karakter sejak masa kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, saya berteman dengan anak yang prestasinya biasa saja dan anak cerdas di kelas saya, sayapun berteman dengan anak yang dikucilkan dan anak populer, sayapun berteman dengan anak yang nakal dan anak yang bullied, sayapun berteman dengan anak rohis dan anak gaul, sayapun berteman dengan anak dengan ekonomi menengah ke bawah dan ekonomi menengah ke atas, pada masa itu semua interaksi ini menurut saya berjalan baik-baik saja, walapun saya berinteraksi dengan berbagai karakter orang. 

Beranjak dewasa ternyata memahami karakter manusia itu tidak mudah, karakter yang ditemui di dunia orang dewasa jauh lebih kompleks. Tidak sedikit orang yang kita temui penuh degan taktik dan tipu daya😱, tentu tidak semua orang demikian, namun nyata keberadaannya. Mungkin bisa dipengaruhi karena perkembangan zaman dan teknologi termaksud banyaknya platform media sosial, sehingga secara kasat mata cukup sulit membedakan hubungan yang dibangun atas dasar ketulusan atau kemanfaatan.

Tidak sedikit yang saya temui tipikal orang yang hanya mau dipahami posisinya tanpa memposisikan diri untuk memahami orang lain. tidak sedikt dari mereka punya bahasa yang sama "Saya orangnya sudah seperti ini, kalau kamu mau terima atau tidak, saya tidak peduli" bagi saya bahasa ini kurang tepat disampaikan/dilakukan dalam interksi sosial yang bersifat umum, bahasa ini mungkin hanya akan diterima oleh orang-orang terdekat. Namun tidak sedikit orang yang lupa untuk mengkondisikan sikapnya di lingkungan terdekat dan lingkungan umum. 

Di lingkungan terdekat kita, mungkin kita pribadi yang mudah marah untuk hal-hal sepele dan bisa marah berhari-hari, namun di lingkungan umum kita harus bisa mengatasi itu. Bagi saya ini bukan hal kepurapuraan namun lebih kepada penyesuaian diri. Ada tipikal orang yang membawa sifat semacam ini dalam lingkungan terdekatnya di masyarakat. 

Sayapun punya teman yang super introvert dengan dua kepribadian yang berbeda,Si A: tipe orang yang suka disapa dan menyapa saat bertemu orang yang dikenal. Setiap kali bertemu kami saling menyapa dan betukar kabar sejenak. Si B: yang intovertnya keterlaluan, terkadang saat bertemu orang yang dikenal, jangankan menyapa, berpapasanpun tak sudi dan berusaha secepatnya hilang dari radar orang yang dikenal tersebut. Apakah si B salah? tentu bagi dia dan orang yang memahami dia akan berkata si B tidak salah, akan banyak spekulasi yang hadir " seberapa akrab dan nyaman dia dengan orang yang dijumpai itu?" atau "wajar sih, kan si B intovert", tentu si B punya hak atas tindakannya. 

Dalam pandangan saya, selama orang yang dihindari itu tidak menyadari kehadiran si B, tindakan yang dilakukan si B oke-oke saja, namun lain cerita jika orang yang dihindari menyadari kalau dihindari oleh si B dengan kondisi keduanya tidak ada masalah apapun, bagaimana perasaan orang yang dihindari si B? jika orang yang dihindari si B tahu karakter si B mungkin ia akan biasanya saja, namun bagaimana kalau Ia tidak tau karakter si B? kan penuh tanda tanya😕 bahkah sedih😭 yang perlu digaris bawahi tidak semua orang tahu tentag kita

Terkadang kita harus menyesuaikan diri dan keluar dari batas nyaman, dengan catatan selama hal itu tidak melanggar agama, hukum, dan norma sosial. Saya secara pribadi cenderung melakukan penyesuaian diri bukan untuk menjadi pribadi yang disukai orang lain namun untuk menghindari konflik sosial. 

Ada juga tipikal orang yang baik dan hangat dalam pandangan/interaksi masyarakat namun begitu dingin dan kaku dalam lingkungan terdekatnya. Tentu saja hal-hal ini dipengaruhi banyak faktor. 

Ada juga tipikal orang yang hangat dan baik di keluarganya dan dimasyarakatpun demikian, jika dia berada dalam interaksi sosial yang sefrekuensi maka hal ini tentu sangat indah, namun ada interksi sosial yang menganggap orang baik itu mudah untuk dikelabuhi dan dimanfaatkan.

Tentu saja tidak ada pribadi yang sempurna, sayapun demikian🙏. Masing-masing orang hadir dengan karakternya, sehingga menjadikan setiap orang itu unik. Setiap orang punya kebebasan membentuk karakternya dan punya kebebasan dalam bertindak selama tidak merugikan orang lain. 

Sejauh inipun saya masih terus belajar dalam bersikap💪, namun mulai memahami untuk bersikap sewajarnya bukan seadanya dalam interaksi sosial dan menjadi pribadi yang lebih hangat di lingkungan terdekat💕.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Notasi Imiah, Awalan SI, dan Konversi Satuan

Bukan soal kesibukan namun kepedulian